“
masih belajar bunda, sebentar “ seru Zahra yang sedang membolak-balikkan
kumpulan kertas di atas meja belajarnya.
“
bunda tunggu di meja makan sayang “
Bunda
menuangkan air putih di gelas kaca bermotif bunga mawar kesukaan Zahra, lama
bunda menunggu kehadiran Zahra dari kamarnya, “ sayang, nasinya bisa dingin “ bak
disambar petir Zahra berdiri dari duduknya ketika melihat bundanya sudah ada di
belakang punggungnya Zahra.
“
astaghfirullah bunda buat Zahra kaget “ Zahra langsung memeluk bundanya erat
sekali,sampai detak jantung Zahra bisa dirasakan oleh bundanya,
“
Zahra belajarnya terlalu serius, jadi ngga nyadar ya bunda udah disini “ bunda
menenangkan Zahra,
“
iya bunda, besok Zahra ada lomba olimpeade di sekolah “
“
anak bunda pasti nomer 1, kalo begitu biar lebih istiqomah fokus belajarnya,
makan dulu yuk, kasihan bunda dong udah masakin tapi belum ada yang mau makan
masakannya bunda“ ajak bunda lalu mengajak Zahra ke meja makan.
Meskipun rumah Zahra luas namun didalamnya hanya ada 4 ruangan yang
terdiri dari kamar pribadi Zahra, kamar bunda dan ayahnya, ruang dapur dan ruang
tamu, setiap hari Zahra menghabiskan waktunya di kamar, kamar Zahra didesain
sesukanya Zahra jadi di sekeliling dinding kamar Zahra ada rak buku milik
pribadi Zahra dan ranjang Zahra ada ditengah-tengah rak buku, almari pakain ada
di samping kamar mandi yang ada di dalam kamar Zahra. Karena didalam rumah
hanya ada 3 orang rumah Zahra semakin merasa leluasa dirumahnya sendiri. Di
luar halaman rumah ada taman yang biasa digunakan Zahra untuk belajar kelompok
bersama teman-temannya. Teman-teman Zahra sangat menyukai Zahra karena selain
pintar Zahra tidak sombong untuk mengamalkan ilmunya untuk teman-temannya.
“
assalamualaikum, ayah pulang bun, bunda masak apa ? “ Tanpa melepas kaos
kaki ayah langsung duduk dan menunggu sajian dari istrinya untuk makan malamya.
“
waalaikumsalam, bunda masak sayur sop kesukaan ayah sama zahra, ayah sangat
lapar ya ?“
“
tak hanya lapar, ayah lelah sekali “ jawab ayah seadanya dan menerima piring
dari bunda
Bunda
hanya melihat suaminya yang sedang menyantap lahap makanannya, namun dibalik
wajah bunda yang manis ada keraguan dan kejanggalan di raut wajahnya.
Meskipun
kelelahan ayah selalu berusaha jadi suami terbaik untuk bunda, seusai makan ayah
membantu bunda merapikan piring dan gelas yang kotor.
“
sudah biar bunda saja “ ucap bunda lalu menepis dengan lembut tangan ayah yang
mau mengambil sabun untuk.
“
hmm ayah kan hanya bantu bunda “ protes ayah
bunda
tetap tidak mengijinkann suaminya yang lelah itu untuk membantunya mencuci.
“
yasudah klo mau bantu ayah tunggu saja didalam kamar, bunda sudah menyiapkan
tugas yang besar untuk ayah “ wajah bunda sekarang menjadi penuh ancaman.
“
wow, tugas besar apa ya Allah, terdengar menakutkan sekali “ canda ayah lalu
jalan menuju kamar.
Di
dalam kamar hanya ada selimut bayi yang di letakkan diatas sprei, terlihat beda
dari kamar pribadi ini. Dalam benak ayah berpikir kenapa ada selimut bayi diatas
ranjang? Selimut bayi siapa ini ?
Pintu
kamar terdengar dibuka, bunda muncul dari belakang pintu sambil mengelap
tangannya yang masih basah.
“ ayah
sudah tau tugas yang besar itu apa? “ canda bunda menyegarkan suasana dengan
senyum yang sangat tidak pahit itu.
“
belum bunda, tapi ini kok ada selimut bayi ya bun? “ Tanya ayah dengan
mengernyitkan dahinya.
“
dengarkan baik-baik ya ayah, tugas ayah adalah jangan pernah lupa untuk
menyelimuti hati dan detak jantung kedua yang ada di dalam rahim bunda. “ bunda
membuat penyataan itu seperti orang yang sedang membacakan UUD 1945..
“
bunda hamil lagi sayang ? “ Tanya ayah spontan dan tanpa menunggu jawaban dari
bunda, ayah langsung sujud dan mengekspresikan rasa syukurnya hanya kepada
Allah SWT.
Malam
ini lelahnya ayah tergantikan oleh kebahagiaan yang tiada tara, setelah Zahra
yang terlahir sebagai anak terpintar disekolah ayah berharap anak kedua ini
akan menjadi hafidzah yang dirindukan oleh surgaNya, bunda hanya bisa
mengiyakkan keinginan abi yang suci dan insyaalah barakallah. Amin
***
Hari
jumat tanggal 9 oktober 2015, Zahra resmi memenangkan olimpeade biologinya
sebagai predikat pertama dari 1418 ribu siswa se-provinsi jawa timur, setelah
menerima juara tersebut Zahra tidak langsung ingin pulang karena Zahra ingin
mengucapakan pertama kali kepada Allah SWT. Zahra mengambil wudlu dan shalat di
masjid sekolahnya. Zahra menitikan air mata pada saat mengucapkan “ ashaduallah
illahailallah “ pada tahiyyat akhir. Doa Zahra hanya 1 yaitu membahagiakan
kedua orangtuanya.
“ ya
allah, aku bersyukur atas semua nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan
keluargaku, lindungilah aku dan keluargaku dari segala macam ujian yang
memberatkan kami, semoga kenikmatan ini terus berlanjut sampai nanti,
rabbanaatinafidzunyahasanah wafilakhirotihasanah wakina adzabanar wa
subhanarobbikayasifun waalal alihi wasohbihi ajmain, aminn amin ya rabbal
alamin “
Seusai
doa Zahra didatangi oleh sahabat-sahabatnya,
“
Zahra keren sekali, juara 1, selamat ya “ hanya terimakasih yang bisa Zahra
sampaikan pada saat itu, banyak sekali teman dan sahabat yang mengucapkan
selamat, karena tidak hanya pintar dalam pelajaran saja Zahra juga aktif di
dalam komunitas dan ekstra di sekolahnya. Bahkan disekolah tak ada guru yang
tak menganal Zahra. Jam 4 zahra mengayuh sepedanya menuju rumah dan cepat-cepat
Zahra ingin sampai dirumah, hampir tiba Zahra di rumahnya, Zahra melihat
bundanya sedang mengobrol dengan penjual sayur yang sedang menjajakan
sayurannya di depan rumah. Zahra yang mngayuh sepeda dengan membawa piala yang
besar dan bertingkat membuat ia sulit untuk menjaga keseimbangan, namun Zahra
bisa mengatasih hal itu dan sampai dengan selamat di rumah.
Sesampai
dihalaman depan rumah, Zahra langsung memeluk bundanya dan berkata “assalamualaikum,
kemenangan ini buat bunda “
Mendengar
kalimat Zahra bunda membalas erat pelukan dari Zahra dan tersenyum denga
matanya berkaca-kaca, tak disangka anaknya benar-benar pintar. Lalu bunda
menyelesaikan belanjanya.
“selamat
ya bu punya anak seperti Zahra, aku turut bangga deh sama ibu dan bapak yang
bisa menghadirkan anak seperti Zahra “ ucap penjual sayur itu sambil membungkus
sayuran yang dibeli bunda.
“
alhamdulillah, semuanya atas kehendak Allah bu “ ucap bunda dengan ramah dan terlihat
bahagia.
“
bun kucing yang ada di jalan itu milik siapa bun, itu kucing anggora apa
Persia? Bulunya panjang banget“ Tanya Zahra dengan tiba-tiba.
“
oh.. itu kucing milik anaknya bu tantri, kucing anggora neng,dibuang oleh bu Tantri, tau sendiri kan bu tantri sangat
tidak menyukai kucing “ jawab penjual sayur
sambil menunjuk rumah bu tantri yang bertetangggaan dengan Zahra.
“
padahal kucing itu lucu-lucu ya bun, bunda.. Zahra boleh mengasuh kucing itu ?
“ Tanya Zahra pada bundanya.
“ boleh asalkan Zahra bertanggung jawab untuk makanan dan
kebersihannya “ bunda mengiyakkkan, Zahra langsung mengambil kucing itu dengan
bangga di tepi jalan.
Tinggalnya
di perumahan namun jalan perumahan itu sangat ramai tidak seperti lalu lintas
di perumahan biasanya.. Zahra bermain dengan kucingnya di tepi halaman
rumahnya, sebagai makhluk tuhan yang mensyukuri nikmatnya Zahra selalu
memberikan sebagian nikmatnya dari tuhan untuk kucing-kucingnya.
“
entah kemana kucing yg warna putih polos itu berlari? “ seru Zahra pelan tapi
sedikit kesal karena khawatir kucing itu hilang.
“
pus ? jangan buat aku khawatir, kasihan anak-anakmu jika kau menghilang “ seru
Zahra sedikit mengeraskan suaranya
“
pus “ seru Zahra kembali.
Ia
kesal, pencariannya tak berujung, malah semakin khawatir karena senja telah
merapat di ufuk barat, kendaraan pun mulai melaju sedikit lebih cepat, bangunan
tinggi yang berplakat “Koperasi Simpan Pinjam” telah dilewati oleh kaki mungil
Zahra yang tertutup kaos kaki dan sepatu Zahra, Zahra memakai rok berwarna pink
sepanjang tumit dan baju kotak-kotak putih berlengan panjang melebihi panjang
tangannya, dengan rambut dibiarkan berjajar lurus di pundak Zahra membuat Zahra
terlihat sangat anggun, namun ada yang salah dari pernyataan tersebut, wajah Zahra
terlihat begitu kusam karena penuh dengan keringat yang keluar, Zahra
mondar-mandir di komplek perumahannya. Apalagi garis-garis di keningnya yang
menandakan ada sebuah kekhawatiran dihatinya, “ dimana induk kucing itu berlari?
“ seru Zahra didalam hatinya.
Hari
sudah hampir gelap, banyak orang-orang sudah mulai berjalan menuju masjid di
kompleks perumahan untuk menunaikan rukun yang ke-2. Tak sedikit orang yang
menyapa Zahra ramah, ia hanya memasang senyum seadanya, ketika Zahra sampai di jalan
dekat rumah ia menoleh ke kanan dan kekiri. Setelah memastikan jalanan sudah
sepi, Zahra memutuskan untuk menyeberang.
“
meow-meow-meow “
Terdengar
seperti suara kucing yang pernah Zahra dengar, Zahra menoleh kebelakang,
“
nah akhirnya kucing itu ketemu juga, alhamdulillah “ seru Zahra.
Namun
kucing itu hanya memiliki insting, mereka tidak memiliki pikiran yang pintar
seperti Zahra, kucing itu langsung menyeberang menuju Zahra tanpa melihat
kendaraan dari arah kirinya.
Kaki
Zahra reflex lari untuk menyelamatkan kucing itu dari kendaraan sepeda motor,
saat itu ada tangan yang hangat dipundak
Zahra namun keras mendorongnya menjauh dari ban sepeda motor yang dikemudikan oleh
bapak-bapak setengah baya.
****
“
Zahra makanan yang Zahra inginkan keburu dingin “ seru bunda
“
Zahra “ panggil bunda namun belum ada respon dari zahra.
Akhirnya
bunda memutuskan mengecek untuk ke luar dari rumah,
“
Zahra ayo makan dulu….. “ suara bunda tercekat karena hanya ada kucing-kucing
Zahra yang ada di halaman.
Kucing
Zahra ada 5, 1 induk kucing dan ke 4 lainnya anak dari induk kucing tersebut,
bunda menghitung kucing itu terdapat hanya 4. Hanya kucing-kucing bayi yang
sedang tidur diranjang mininya.
“
kemana Zahra dan induk kucing itu keluar? “ Tanya bunda pada dirinya sendiri.
Dari
tepi jalan Zahra melambai tangan kearah bunda. Dan memasang senyum kecut di
bibir mungilnya.
“
Alhamdulillah Zahra pulang juga, tapi Zahra hanya sendiri lalu induknya? “
bunda berbincang-bincang dengan dirinya sendiri.
Dari
luar halaman yang tak ada pagarnya, senyum zahra mengembang namun penuh
penyesalan, namanya seorang ibu kandung, pastilah tau kecemasan yang
disembunyikan Zahra. Bunda langsung jalan menuju anaknya itu, tiba-tiba ingin
sekali rasanya bunda memeluk Zahra pada saat itu.
“
sungguh mulia anak hamba ini ya Allah, terimakasih telah kau ciptakan insan
suci ini untuk hamba, ia rela melupakan makanan kesukaanya hanya untuk mencari
induk kucing ini, ia sadar bahwa tanpa kehadiran seorang induk, siapakah nanti
yang akan merawat dan melindungi anak-anaknya? Semoga aku bisa memenuhi amanah
dariMu untuk membahagiakan Zahra dan calon adik Zahra sampai di akhir usiaku,
Alhamdulillah“ dengan kesadaran dirinya sebagai ibu kandung, dalam batin bunda
berkata seperti itu, bunda mempercepat jalannya, tiba-tiba bunda terhenti di
langkah jalannya yang 5 langkah sudah bisa menggapai Zahra, dari sebelah kiri
jalan pak RT mengendarai sepeda motornya dengan laju yang bisa dibilang cepat, zahra
berbalik dan ia berlari mengambil induk kucing yang hampir ditabrak oleh
pengemudi setengah baya itu, bunda tiba-tiba berlari seoalah ingin membalap pak
RT, dengan usia janin yang dikandungnya
mendekati usia ke 8. , Bunda mendorong Zahra sekuat tenaga yang bunda miliki.
“oh
tidak jangan tabrak. Rem langsung sepedanya pak “ seru lelaki muda yang
menyaksikan secara langsung kejadian tersebut namun dari jauh. Apalah daya
ketika Allah menghendaki jalan lain..
Pak
RT terlihat kehilangan kendali, pak RT membelokkan sepedanya, malah apa yang
terjadi, sepeda pak RT malah berputar seperti gasing raksasa, mungkin karena
sangat cepat melaju lalu dengan tiba-tiba di rem sekuat-kuatnya.
“
brukk.. “ suara keras itu terdengar mengerikan, bunda terkena goncangan yang
begitu keras dari ekor sepeda motor yang berputar itu, sontak saja orang-orang
langsung keluar untuk mengecek apa yang terjadi.
“
allahuakbar “ seru bunda dalam kegetnya dan tergulung-gulung di jalanan, kepala
bunda mengenai trotoar dengan amat keras, kepala bunda berlumuran darah dan
bunda merasakan kekejangan yang begitu hebat di dalam perutnya, rok bunda
bersimbah darah.tak ada yang dirasa bunda setelah kekejangan di perutnya itu, bunda
hanya merasakan keheningan…
Ada
yang mendekati bunda, aura dingin yang perlahan merasuki tubuh bunda dari mulai
ujung jari kaki ketika dingin menusuk hati bunda, “ asyhaduallahilahailallah,
waasyhadzuanna muhammadazarrasulullah, lailahaillah, selamatkan kedua an..“ kalimat
bunda terputus, dingin itu telah sampai di ubun-ubun kepala bunda
Kehidupan
bunda serasa diputar kembali, ketika perasaan haru kedua orangtua bunda
menginjakkan kakinya pertama kali di bumi, ketika merayakan ulang tahun ke-5
bersama kedua orangtuanya kekhawatiran dan perjuangan bunda yang sedang
menyelesaikan studinya hingga melempar topi toga ke atas langit bersama
teman-teman seperjuangan di masa kuliahnya, ketika kebahagiaannya mendengar ayahnya
zahra mengucapkan “ qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa
radhitu bihi, wallahu waliyut taufiq, saya terima nikahnya dan kawinnya
adinda azzahra kusuma binti sulaiman kusuma dengan maskawinnya yang tersebut
tunai” dan melihat senyum kedua orangtuanya beserta suaminya seusai melahirkan
Zahra. “ kemenangan ini buat bunda “
suara Zahra terngiang kembali ditelinga bunda,
“
kemenangan ini buat bunda “
Suara
itu semakin melemah dan kemudian menjauh mengikuti arah angin.
Bunda
tak lagi mendengar suara yang ada di bumi, hanya gemericik air yang terdengar
syahdu. Padahal simpangsiur orang-orang panik ketika kecelakaan itu terjadi.
“ astaghfirullah bundanya Zahra dan pak RT,
astaghfirullah lahaulawalakuwwataillabillah “ seru bu tantri tetangga Zahra.
“
selamatkan Zahra dan ibunya, cepat panggil ambulance, Zahra tak sadarkan diri
disini “ ucap pak madun yang biasa membersihkan halaman rumah Zahra,
Zahra tak sadarkan diri, Zahra berhasil menyelamatkan induk kucing,
kucing itu masih ada dipelukan Zahra, dan kucing itu terlihat menggigil,
kejadian yang tidak masuk akal kucing yang dengan kagetnya jatuh bersama
manusia namun kucing itu masih tetap setia di dalam pelukan. Pelukan yang
mungkin menjadi tanda berakhirnya sebuah kebahagiaan menjadi kenangan.
Dikantor
begitu banyak urusan sehingga membuat ayah Zahra yang baru setahun menjadi CEO
di perusahaan penunjang dalam bidang makro ekonomi itu melupakan telephonenya
di meja kantor. Dikantor ayahnya Zahra sangat menjaga hatinya karena memang
rawan untuk lelaki berumur 30 tahun sudah menghasilkan karier yang sangat membanggakan.
Pada saat memasukki ruangan kantornya, seorang lelaki menghendaki untuk
memanggil ayahnya Zahra dan bekata “ pak anda mendapatkan telephone dari rumah
pribadi bapak “ lelaki itu adalah sekretaris ayahnya Zahra.
Ayahnya
Zahra segera menerima telephone tersebut
“
halo assalamualaikum, ada apa bu tantri ? “
Terlihat
syok sekali ekspresi ayahnya Zahra, ia langsung melepas gagang telephone dan
berlari menuju lift yang masih tertutup itu tak sabar dengan hal itu ayahnya
Zahra menuju tangga dan menuruninya dengan cepat ketika mencapai lantai ke-8
mendapati lift yang sudah terbuka ayahnya Zahra langsung memencet tombol ke
lantai 2, lantai dimana semua mobil kecuali sepeda motor diparkir.
Jalanan
terasa begitu macet bagi ayahnya Zahra padahal jalanan sudah hampir sepi dan
sangat lengang, ingin rasanya menerobos lampu merah, apalah daya ketika ada
ibu-ibu pngemis tua yang tiba-tiba menyeberang, ayahnya Zahra hanya mengucap
istighfar dalam hati selekas menginjak rem mobilnya.
Dirumah
sakit tak hanya ayahnya Zahra yang panik dan penuh dengan kegabahan, tak butuh
waktu lama untuk ayahnya Zahra menemukan ruang 206 dirumah sakit yang luas
namun menjadi sesak karena hati yang tak karuan, “ inalillahiwainaliahirojiun“
suara ibu-ibu tua terdengar dari luar ruangan dan mengisakkan tangisan
ketidakrelaan, semakin tak kuat hati untuk memasuki ruangan tersebut, ayahnya
hanya berharap bahwa yang tergeletak itu bukan istri tercintanya. Ayahnya Zahra
langsung tersandar di samping dinding pintu ruangan itu,
“
ayah “ gadis putih mungil itu memeluk ayahnya dari belakang,
“
Zahra tidak diijinkan masuk oleh suster yah, padahal Zahra ingin meminta maaf
ke bunda “ suara gadis itu terdengar sangat lemah,
Ayah
tidak menanggapi Zahra hanya membalas pelukan Zahra dengan hati-hati karena
tangan Zahra diperban dan leher Zahra di gipp.
Beberapa
saat kemudian “ ayo masuk bersama ayah “ ayah menggendong Zahra masuk kedalam
ruangan.
Kekuatan
yang sudah dikumpulkan oleh ayahnya Zahra, seketika itu runtuh dihadapan sang
istri yang benar-benar berbaring namun layaknya orang tidur,
“
bunda, Zahra mencari bunda, bunda bangun sayang, seharusnya bunda tidur setelah
melakukan shalat isya berjamaah seperti biasanya bun sama ayah dan juga Zahra “
seru ayahnya Zahra sambil mengelus-ngelus kepala bunda yang diperban.
Seketika
itu pula semua hati orang yang ada di ruangan itu terasa pecah dan jiwa mereka menyatu
dalam tangisan, Zahra memegang erat tangan bundanya.
“
lalu bagaimana dengan janin yang dikandungnya bu? “ Tanya ayahnya Zahra kepada
ibu mertuanya.
“
kondisi janinnya sangat melemah, kata dokter untuk memastikan kehidupannya kita
menunggu tangisan pertamanya hingga 5 jam dari sekarang “ jelas ibu mertuanya.
“
anak kedua kita pasti selamat bun, untuk itu bangunlah terlebih dahulu,
setidaknya hanya untuk menggendong anak kedua kita “ harap ayahnya Zahra.
“
adindaaa bangunlah “ ayah Zahra menggoyang-goyang tubuh adinda lalu memeluknya
kembali begitu dan seterusnya.
Tak
tahan melihat tingkah ayahnya Zahra, bapak mertua menyadarkan ayahnya Zahra
untuk shalat isya berjamaah bersamanya dan juga Zahra. Suster mulai memproses
memandikan bunda.
Jam
23.55 tanggal 14 Oktober 2015
“
bu, bagaimana kalau anakk ke-2 ku belum menangis ? “ ayahnya Zahra sangat cemas
“ dia
akan menangis “ jawab ibu mertua dengan penuh keyakinan
“
lalu kapan hari lahirnya anak keduaku? Hari ini atau hari dimana ia pertama
kali menangis dalam hidupnya? “ Tanya ayahnya Zahra kembali
Sayup-sayup
ibu mertua melihat bayi yang ada didalam inkubator, hati seakan disambar badai
topan, disatu sisi hati tergores karena kehilangan sosok Adinda Azzahra Kusuma dan
di sisi lain hati merasa gembira ketika bayi mungil itu mengeluarkan suara
pertamanya.
“
Alhamdulillah lihatlah nak, anak ke-2 telah lahir kembali “ puja ibu mertua.
“jam
00.18 tanggal 15 oktober 2015, ia dilahirkan, dia tadi tidak bernafas, jika
bukan kemauan Zahra untuk menunggu adiknya selama 5 jam, sudah pasti divonis
meninggal bersama ibunya “ ucap ibu mertua lalu menangis.
“
Anan, lihatlah dan kau pasti sudah tahu nak, di dunia ini tidak ada yang abadi,
semuanya fana, begitupun dengan manusia. Kita hanya makhluk kecil tak sempurna
yang diciptakan di dunia ini hanya untuk mempersiapkan diri menuju kembali lagi
kepadaNya, lihatlah kenyataan didepanmu sekarang, adinda meninggalkan dunia dan
gadis kecil didepanmu sekarang ini hadir didunia untuk menghibur kita semua.
Allah maha adil dan maha bijaksana, hari
berganti bulan dan bulan berganti tahun, semua atas kehendak Allah swt, kita
hanya bisa mensyukuri dan tetap berada di jalanNya. “ jelas ibu mertua kemudian
sambil mengusap peluhnya.
14
Oktober 2019.
Kini
Zahra beserta keluarga besarnya sedang merayakan hari ulangtahun adiknya yang
ke-4 tahun, gadis yang sudah pintar membaca alqur’an dan telah menghafalkan
surat al-ikhlas. Menjadikan keluarga Zahra semakin bahagia dan pelan-pelan
melupakan kesedihan dan mulai mengikhlaskan semua cobaan.
“
sanah hilwah adikku, semoga kau menjadi calon hafidzah yang benar-benar ikhlas
dan selalu dalam lindungan Allah SWT, aku mencintaimu dek “ ucap Zahra kepada
adiknya lalu memeluknya.
“
terimakasih kakak, aku juga mencintai kakak “
Senyum
adiknya Zahra yang bernama Syifaul Qolby Sayyidati itu mengembang dan menuang
kebahagiaan di rumah yang besar itu, nama yang sesuai dengan akhlaknya, nama
yang berarti gadis solehah pengikut rasul yang mampu mengobati rasa sakit disetiap
cobaan yang diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar