Sabtu, 11 Februari 2017

Bulan, Janganlah Terganti





“ masih belajar bunda, sebentar “ seru Zahra yang sedang membolak-balikkan kumpulan kertas di atas meja belajarnya.
“ bunda tunggu di meja makan sayang “
Bunda menuangkan air putih di gelas kaca bermotif bunga mawar kesukaan Zahra, lama bunda menunggu kehadiran Zahra dari kamarnya, “ sayang, nasinya bisa dingin “ bak disambar petir Zahra berdiri dari duduknya ketika melihat bundanya sudah ada di belakang punggungnya Zahra.
“ astaghfirullah bunda buat Zahra kaget “ Zahra langsung memeluk bundanya erat sekali,sampai detak jantung Zahra bisa dirasakan oleh bundanya,
“ Zahra belajarnya terlalu serius, jadi ngga nyadar ya bunda udah disini “ bunda menenangkan Zahra,
“ iya bunda, besok Zahra ada lomba olimpeade di sekolah “
“ anak bunda pasti nomer 1, kalo begitu biar lebih istiqomah fokus belajarnya, makan dulu yuk, kasihan bunda dong udah masakin tapi belum ada yang mau makan masakannya bunda“ ajak bunda lalu mengajak Zahra ke meja makan.
Meskipun rumah Zahra luas namun didalamnya hanya ada 4 ruangan yang terdiri dari kamar pribadi Zahra, kamar bunda dan ayahnya, ruang dapur dan ruang tamu, setiap hari Zahra menghabiskan waktunya di kamar, kamar Zahra didesain sesukanya Zahra jadi di sekeliling dinding kamar Zahra ada rak buku milik pribadi Zahra dan ranjang Zahra ada ditengah-tengah rak buku, almari pakain ada di samping kamar mandi yang ada di dalam kamar Zahra. Karena didalam rumah hanya ada 3 orang rumah Zahra semakin merasa leluasa dirumahnya sendiri. Di luar halaman rumah ada taman yang biasa digunakan Zahra untuk belajar kelompok bersama teman-temannya. Teman-teman Zahra sangat menyukai Zahra karena selain pintar Zahra tidak sombong untuk mengamalkan ilmunya untuk teman-temannya.
“ assalamualaikum, ayah  pulang  bun, bunda masak apa ? “ Tanpa melepas kaos kaki ayah langsung duduk dan menunggu sajian dari istrinya untuk makan malamya.
“ waalaikumsalam, bunda masak sayur sop kesukaan ayah sama zahra, ayah sangat lapar ya ?“
“ tak hanya lapar, ayah lelah sekali “ jawab ayah seadanya dan menerima piring dari  bunda
Bunda hanya melihat suaminya yang sedang menyantap lahap makanannya, namun dibalik wajah bunda yang manis ada keraguan dan kejanggalan di raut wajahnya.
Meskipun kelelahan ayah selalu berusaha jadi suami terbaik untuk bunda, seusai makan ayah membantu bunda merapikan piring dan gelas yang kotor.
“ sudah biar bunda saja “ ucap bunda lalu menepis dengan lembut tangan ayah yang mau mengambil sabun untuk.
“ hmm ayah kan hanya bantu bunda “ protes ayah
bunda tetap tidak mengijinkann suaminya yang lelah itu untuk membantunya mencuci.
“ yasudah klo mau bantu ayah tunggu saja didalam kamar, bunda sudah menyiapkan tugas yang besar untuk ayah “ wajah bunda sekarang menjadi penuh ancaman.
“ wow, tugas besar apa ya Allah, terdengar menakutkan sekali “ canda ayah lalu jalan menuju kamar.
Di dalam kamar hanya ada selimut bayi yang di letakkan diatas sprei, terlihat beda dari kamar pribadi ini. Dalam benak ayah berpikir kenapa ada selimut bayi diatas ranjang? Selimut bayi siapa ini ?
Pintu kamar terdengar dibuka, bunda muncul dari belakang pintu sambil mengelap tangannya yang masih basah.
“ ayah sudah tau tugas yang besar itu apa? “ canda bunda menyegarkan suasana dengan senyum yang sangat tidak pahit itu.
“ belum bunda, tapi ini kok ada selimut bayi ya bun? “ Tanya ayah dengan mengernyitkan dahinya.
“ dengarkan baik-baik ya ayah, tugas ayah adalah jangan pernah lupa untuk menyelimuti hati dan detak jantung kedua yang ada di dalam rahim bunda. “ bunda membuat penyataan itu seperti orang yang sedang membacakan UUD 1945..
“ bunda hamil lagi sayang ? “ Tanya ayah spontan dan tanpa menunggu jawaban dari bunda, ayah langsung sujud dan mengekspresikan rasa syukurnya hanya kepada Allah SWT.
Malam ini lelahnya ayah tergantikan oleh kebahagiaan yang tiada tara, setelah Zahra yang terlahir sebagai anak terpintar disekolah ayah berharap anak kedua ini akan menjadi hafidzah yang dirindukan oleh surgaNya, bunda hanya bisa mengiyakkan keinginan abi yang suci dan insyaalah barakallah. Amin
***
Hari jumat tanggal 9 oktober 2015, Zahra resmi memenangkan olimpeade biologinya sebagai predikat pertama dari 1418 ribu siswa se-provinsi jawa timur, setelah menerima juara tersebut Zahra tidak langsung ingin pulang karena Zahra ingin mengucapakan pertama kali kepada Allah SWT. Zahra mengambil wudlu dan shalat di masjid sekolahnya. Zahra menitikan air mata pada saat mengucapkan “ ashaduallah illahailallah “ pada tahiyyat akhir. Doa Zahra hanya 1 yaitu membahagiakan kedua orangtuanya.
“ ya allah, aku bersyukur atas semua nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan keluargaku, lindungilah aku dan keluargaku dari segala macam ujian yang memberatkan kami, semoga kenikmatan ini terus berlanjut sampai nanti, rabbanaatinafidzunyahasanah wafilakhirotihasanah wakina adzabanar wa subhanarobbikayasifun waalal alihi wasohbihi ajmain, aminn amin ya rabbal alamin “
Seusai doa Zahra didatangi oleh sahabat-sahabatnya,
“ Zahra keren sekali, juara 1, selamat ya “ hanya terimakasih yang bisa Zahra sampaikan pada saat itu, banyak sekali teman dan sahabat yang mengucapkan selamat, karena tidak hanya pintar dalam pelajaran saja Zahra juga aktif di dalam komunitas dan ekstra di sekolahnya. Bahkan disekolah tak ada guru yang tak menganal Zahra. Jam 4 zahra mengayuh sepedanya menuju rumah dan cepat-cepat Zahra ingin sampai dirumah, hampir tiba Zahra di rumahnya, Zahra melihat bundanya sedang mengobrol dengan penjual sayur yang sedang menjajakan sayurannya di depan rumah. Zahra yang mngayuh sepeda dengan membawa piala yang besar dan bertingkat membuat ia sulit untuk menjaga keseimbangan, namun Zahra bisa mengatasih hal itu dan sampai dengan selamat di rumah.
Sesampai dihalaman depan rumah, Zahra langsung memeluk bundanya dan berkata “assalamualaikum, kemenangan ini buat bunda “
Mendengar kalimat Zahra bunda membalas erat pelukan dari Zahra dan tersenyum denga matanya berkaca-kaca, tak disangka anaknya benar-benar pintar. Lalu bunda menyelesaikan belanjanya.
“selamat ya bu punya anak seperti Zahra, aku turut bangga deh sama ibu dan bapak yang bisa menghadirkan anak seperti Zahra “ ucap penjual sayur itu sambil membungkus sayuran yang dibeli bunda.
“ alhamdulillah, semuanya atas kehendak Allah bu “ ucap bunda dengan ramah dan terlihat bahagia.
“ bun kucing yang ada di jalan itu milik siapa bun, itu kucing anggora apa Persia? Bulunya panjang banget“ Tanya Zahra dengan tiba-tiba.
“ oh.. itu kucing milik anaknya bu tantri, kucing anggora neng,dibuang oleh  bu Tantri, tau sendiri kan bu tantri sangat tidak menyukai kucing “ jawab penjual sayur  sambil menunjuk rumah bu tantri yang bertetangggaan dengan Zahra.
“ padahal kucing itu lucu-lucu ya bun, bunda.. Zahra boleh mengasuh kucing itu ? “ Tanya Zahra pada bundanya.
“ boleh asalkan Zahra bertanggung jawab untuk makanan dan kebersihannya “ bunda mengiyakkkan, Zahra langsung mengambil kucing itu dengan bangga di tepi jalan.
Tinggalnya di perumahan namun jalan perumahan itu sangat ramai tidak seperti lalu lintas di perumahan biasanya.. Zahra bermain dengan kucingnya di tepi halaman rumahnya, sebagai makhluk tuhan yang mensyukuri nikmatnya Zahra selalu memberikan sebagian nikmatnya dari tuhan untuk kucing-kucingnya.
“ entah kemana kucing yg warna putih polos itu berlari? “ seru Zahra pelan tapi sedikit kesal karena khawatir kucing itu hilang.
“ pus ? jangan buat aku khawatir, kasihan anak-anakmu jika kau menghilang “ seru Zahra sedikit mengeraskan suaranya
“ pus “ seru Zahra kembali.
Ia kesal, pencariannya tak berujung, malah semakin khawatir karena senja telah merapat di ufuk barat, kendaraan pun mulai melaju sedikit lebih cepat, bangunan tinggi yang berplakat “Koperasi Simpan Pinjam” telah dilewati oleh kaki mungil Zahra yang tertutup kaos kaki dan sepatu Zahra, Zahra memakai rok berwarna pink sepanjang tumit dan baju kotak-kotak putih berlengan panjang melebihi panjang tangannya, dengan rambut dibiarkan berjajar lurus di pundak Zahra membuat Zahra terlihat sangat anggun, namun ada yang salah dari pernyataan tersebut, wajah Zahra terlihat begitu kusam karena penuh dengan keringat yang keluar, Zahra mondar-mandir di komplek perumahannya. Apalagi garis-garis di keningnya yang menandakan ada sebuah kekhawatiran dihatinya, “ dimana induk kucing itu berlari? “ seru Zahra didalam hatinya.
Hari sudah hampir gelap, banyak orang-orang sudah mulai berjalan menuju masjid di kompleks perumahan untuk menunaikan rukun yang ke-2. Tak sedikit orang yang menyapa Zahra ramah, ia hanya memasang senyum seadanya, ketika Zahra sampai di jalan dekat rumah ia menoleh ke kanan dan kekiri. Setelah memastikan jalanan sudah sepi, Zahra memutuskan untuk menyeberang.
“ meow-meow-meow “
Terdengar seperti suara kucing yang pernah Zahra dengar, Zahra menoleh kebelakang,
“ nah akhirnya kucing itu ketemu juga, alhamdulillah “  seru Zahra.
Namun kucing itu hanya memiliki insting, mereka tidak memiliki pikiran yang pintar seperti Zahra, kucing itu langsung menyeberang menuju Zahra tanpa melihat kendaraan dari arah kirinya.
Kaki Zahra reflex lari untuk menyelamatkan kucing itu dari kendaraan sepeda motor, saat itu ada tangan yang hangat dipundak  Zahra namun keras mendorongnya menjauh dari  ban sepeda motor yang dikemudikan oleh bapak-bapak setengah baya.  
****
“ Zahra makanan yang Zahra inginkan keburu dingin “ seru bunda
“ Zahra “ panggil bunda namun belum ada respon dari zahra.
Akhirnya bunda memutuskan mengecek untuk ke luar dari rumah,
“ Zahra ayo makan dulu….. “ suara bunda tercekat karena hanya ada kucing-kucing Zahra yang ada di halaman.
Kucing Zahra ada 5, 1 induk kucing dan ke 4 lainnya anak dari induk kucing tersebut, bunda menghitung kucing itu terdapat hanya 4. Hanya kucing-kucing bayi yang sedang tidur diranjang mininya.
“ kemana Zahra dan induk kucing itu keluar? “ Tanya bunda pada dirinya sendiri.
Dari tepi jalan Zahra melambai tangan kearah bunda. Dan memasang senyum kecut di bibir mungilnya.
“ Alhamdulillah Zahra pulang juga, tapi Zahra hanya sendiri lalu induknya? “ bunda berbincang-bincang dengan dirinya sendiri.
Dari luar halaman yang tak ada pagarnya, senyum zahra mengembang namun penuh penyesalan, namanya seorang ibu kandung, pastilah tau kecemasan yang disembunyikan Zahra. Bunda langsung jalan menuju anaknya itu, tiba-tiba ingin sekali rasanya bunda memeluk Zahra pada saat itu.
“ sungguh mulia anak hamba ini ya Allah, terimakasih telah kau ciptakan insan suci ini untuk hamba, ia rela melupakan makanan kesukaanya hanya untuk mencari induk kucing ini, ia sadar bahwa tanpa kehadiran seorang induk, siapakah nanti yang akan merawat dan melindungi anak-anaknya? Semoga aku bisa memenuhi amanah dariMu untuk membahagiakan Zahra dan calon adik Zahra sampai di akhir usiaku, Alhamdulillah“ dengan kesadaran dirinya sebagai ibu kandung, dalam batin bunda berkata seperti itu, bunda mempercepat jalannya, tiba-tiba bunda terhenti di langkah jalannya yang 5 langkah sudah bisa menggapai Zahra, dari sebelah kiri jalan pak RT mengendarai sepeda motornya dengan laju yang bisa dibilang cepat, zahra berbalik dan ia berlari mengambil induk kucing yang hampir ditabrak oleh pengemudi setengah baya itu, bunda tiba-tiba berlari seoalah ingin membalap pak RT,  dengan usia janin yang dikandungnya mendekati usia ke 8. , Bunda mendorong Zahra sekuat tenaga yang bunda miliki.
“oh tidak jangan tabrak. Rem langsung sepedanya pak “ seru lelaki muda yang menyaksikan secara langsung kejadian tersebut namun dari jauh. Apalah daya ketika Allah menghendaki jalan lain..
Pak RT terlihat kehilangan kendali, pak RT membelokkan sepedanya, malah apa yang terjadi, sepeda pak RT malah berputar seperti gasing raksasa, mungkin karena sangat cepat melaju lalu dengan tiba-tiba di rem sekuat-kuatnya.  
“ brukk.. “ suara keras itu terdengar mengerikan, bunda terkena goncangan yang begitu keras dari ekor sepeda motor yang berputar itu, sontak saja orang-orang langsung keluar untuk mengecek apa yang terjadi.
“ allahuakbar “ seru bunda dalam kegetnya dan tergulung-gulung di jalanan, kepala bunda mengenai trotoar dengan amat keras, kepala bunda berlumuran darah dan bunda merasakan kekejangan yang begitu hebat di dalam perutnya, rok bunda bersimbah darah.tak ada yang dirasa bunda setelah kekejangan di perutnya itu, bunda hanya merasakan keheningan…
Ada yang mendekati bunda, aura dingin yang perlahan merasuki tubuh bunda dari mulai ujung jari kaki ketika dingin menusuk hati bunda, “ asyhaduallahilahailallah, waasyhadzuanna muhammadazarrasulullah, lailahaillah, selamatkan kedua an..“ kalimat bunda terputus, dingin itu telah sampai di ubun-ubun kepala bunda
Kehidupan bunda serasa diputar kembali, ketika perasaan haru kedua orangtua bunda menginjakkan kakinya pertama kali di bumi, ketika merayakan ulang tahun ke-5 bersama kedua orangtuanya kekhawatiran dan perjuangan bunda yang sedang menyelesaikan studinya hingga melempar topi toga ke atas langit bersama teman-teman seperjuangan di masa kuliahnya, ketika kebahagiaannya mendengar ayahnya zahra mengucapkan “ qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi, wallahu waliyut taufiq, saya terima nikahnya dan kawinnya adinda azzahra kusuma binti sulaiman kusuma dengan maskawinnya yang tersebut tunai” dan melihat senyum kedua orangtuanya beserta suaminya seusai melahirkan Zahra. “ kemenangan ini buat bunda “  suara Zahra terngiang kembali ditelinga bunda,
“ kemenangan ini buat bunda “
Suara itu semakin melemah dan kemudian menjauh mengikuti arah angin.      
Bunda tak lagi mendengar suara yang ada di bumi, hanya gemericik air yang terdengar syahdu. Padahal simpangsiur orang-orang panik ketika kecelakaan itu terjadi.
 “ astaghfirullah bundanya Zahra dan pak RT, astaghfirullah lahaulawalakuwwataillabillah “ seru bu tantri tetangga Zahra.
“ selamatkan Zahra dan ibunya, cepat panggil ambulance, Zahra tak sadarkan diri disini “ ucap pak madun yang biasa membersihkan halaman rumah Zahra,
Zahra tak sadarkan diri, Zahra berhasil menyelamatkan induk kucing, kucing itu masih ada dipelukan Zahra, dan kucing itu terlihat menggigil, kejadian yang tidak masuk akal kucing yang dengan kagetnya jatuh bersama manusia namun kucing itu masih tetap setia di dalam pelukan. Pelukan yang mungkin menjadi tanda berakhirnya sebuah kebahagiaan menjadi kenangan.
Dikantor begitu banyak urusan sehingga membuat ayah Zahra yang baru setahun menjadi CEO di perusahaan penunjang dalam bidang makro ekonomi itu melupakan telephonenya di meja kantor. Dikantor ayahnya Zahra sangat menjaga hatinya karena memang rawan untuk lelaki berumur 30 tahun sudah menghasilkan karier yang sangat membanggakan. Pada saat memasukki ruangan kantornya, seorang lelaki menghendaki untuk memanggil ayahnya Zahra dan bekata “ pak anda mendapatkan telephone dari rumah pribadi bapak “ lelaki itu adalah sekretaris ayahnya Zahra.
Ayahnya Zahra segera menerima telephone tersebut
“ halo assalamualaikum, ada apa bu tantri ? “
Terlihat syok sekali ekspresi ayahnya Zahra, ia langsung melepas gagang telephone dan berlari menuju lift yang masih tertutup itu tak sabar dengan hal itu ayahnya Zahra menuju tangga dan menuruninya dengan cepat ketika mencapai lantai ke-8 mendapati lift yang sudah terbuka ayahnya Zahra langsung memencet tombol ke lantai 2, lantai dimana semua mobil kecuali sepeda motor diparkir.
Jalanan terasa begitu macet bagi ayahnya Zahra padahal jalanan sudah hampir sepi dan sangat lengang, ingin rasanya menerobos lampu merah, apalah daya ketika ada ibu-ibu pngemis tua yang tiba-tiba menyeberang, ayahnya Zahra hanya mengucap istighfar dalam hati selekas menginjak rem mobilnya.
Dirumah sakit tak hanya ayahnya Zahra yang panik dan penuh dengan kegabahan, tak butuh waktu lama untuk ayahnya Zahra menemukan ruang 206 dirumah sakit yang luas namun menjadi sesak karena hati yang tak karuan, “ inalillahiwainaliahirojiun“ suara ibu-ibu tua terdengar dari luar ruangan dan mengisakkan tangisan ketidakrelaan, semakin tak kuat hati untuk memasuki ruangan tersebut, ayahnya hanya berharap bahwa yang tergeletak itu bukan istri tercintanya. Ayahnya Zahra langsung tersandar di samping dinding pintu ruangan itu,
“ ayah “ gadis putih mungil itu memeluk ayahnya dari belakang,
“ Zahra tidak diijinkan masuk oleh suster yah, padahal Zahra ingin meminta maaf ke bunda “ suara gadis itu terdengar sangat lemah,
Ayah tidak menanggapi Zahra hanya membalas pelukan Zahra dengan hati-hati karena tangan Zahra diperban dan leher Zahra di gipp.
Beberapa saat kemudian “ ayo masuk bersama ayah “ ayah menggendong Zahra masuk kedalam ruangan.
Kekuatan yang sudah dikumpulkan oleh ayahnya Zahra, seketika itu runtuh dihadapan sang istri yang benar-benar berbaring namun layaknya orang tidur,
“ bunda, Zahra mencari bunda, bunda bangun sayang, seharusnya bunda tidur setelah melakukan shalat isya berjamaah seperti biasanya bun sama ayah dan juga Zahra “ seru ayahnya Zahra sambil mengelus-ngelus kepala bunda yang diperban.
Seketika itu pula semua hati orang yang ada di ruangan itu terasa pecah dan jiwa mereka menyatu dalam tangisan, Zahra memegang erat tangan bundanya.
“ lalu bagaimana dengan janin yang dikandungnya bu? “ Tanya ayahnya Zahra kepada ibu mertuanya.
“ kondisi janinnya sangat melemah, kata dokter untuk memastikan kehidupannya kita menunggu tangisan pertamanya hingga 5 jam dari sekarang “ jelas ibu mertuanya.
“ anak kedua kita pasti selamat bun, untuk itu bangunlah terlebih dahulu, setidaknya hanya untuk menggendong anak kedua kita “ harap ayahnya Zahra.
“ adindaaa bangunlah “ ayah Zahra menggoyang-goyang tubuh adinda lalu memeluknya kembali begitu dan seterusnya.
Tak tahan melihat tingkah ayahnya Zahra, bapak mertua menyadarkan ayahnya Zahra untuk shalat isya berjamaah bersamanya dan juga Zahra. Suster mulai memproses memandikan bunda.
Jam 23.55 tanggal 14 Oktober 2015
“ bu, bagaimana kalau anakk ke-2 ku belum menangis ? “ ayahnya Zahra sangat cemas
“ dia akan menangis “ jawab ibu mertua dengan penuh keyakinan
“ lalu kapan hari lahirnya anak keduaku? Hari ini atau hari dimana ia pertama kali menangis dalam hidupnya? “ Tanya ayahnya Zahra kembali
Sayup-sayup ibu mertua melihat bayi yang ada didalam inkubator, hati seakan disambar badai topan, disatu sisi hati tergores karena kehilangan sosok Adinda Azzahra Kusuma dan di sisi lain hati merasa gembira ketika bayi mungil itu mengeluarkan suara pertamanya.
“ Alhamdulillah lihatlah nak, anak ke-2 telah lahir kembali “ puja ibu mertua.  
“jam 00.18 tanggal 15 oktober 2015, ia dilahirkan, dia tadi tidak bernafas, jika bukan kemauan Zahra untuk menunggu adiknya selama 5 jam, sudah pasti divonis meninggal bersama ibunya “ ucap ibu mertua lalu menangis.
“ Anan, lihatlah dan kau pasti sudah tahu nak, di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya fana, begitupun dengan manusia. Kita hanya makhluk kecil tak sempurna yang diciptakan di dunia ini hanya untuk mempersiapkan diri menuju kembali lagi kepadaNya, lihatlah kenyataan didepanmu sekarang, adinda meninggalkan dunia dan gadis kecil didepanmu sekarang ini hadir didunia untuk menghibur kita semua. Allah maha  adil dan maha bijaksana, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, semua atas kehendak Allah swt, kita hanya bisa mensyukuri dan tetap berada di jalanNya. “ jelas ibu mertua kemudian sambil mengusap peluhnya.
14 Oktober 2019.
Kini Zahra beserta keluarga besarnya sedang merayakan hari ulangtahun adiknya yang ke-4 tahun, gadis yang sudah pintar membaca alqur’an dan telah menghafalkan surat al-ikhlas. Menjadikan keluarga Zahra semakin bahagia dan pelan-pelan melupakan kesedihan dan mulai mengikhlaskan semua cobaan.
“ sanah hilwah adikku, semoga kau menjadi calon hafidzah yang benar-benar ikhlas dan selalu dalam lindungan Allah SWT, aku mencintaimu dek “ ucap Zahra kepada adiknya lalu memeluknya.
“ terimakasih kakak, aku juga mencintai kakak “
Senyum adiknya Zahra yang bernama Syifaul Qolby Sayyidati itu mengembang dan menuang kebahagiaan di rumah yang besar itu, nama yang sesuai dengan akhlaknya, nama yang berarti gadis solehah pengikut rasul yang mampu mengobati rasa sakit disetiap cobaan yang diberikan.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar